Ambon, Maluku (DMS) – Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, memastikan bahwa Pemerintah Provinsi Maluku akan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam menata pengelolaan tambang emas di Gunung Botak, Pulau Buru.
Langkah ini diambil guna memastikan aktivitas pertambangan sesuai dengan regulasi dan tidak dikuasai oleh pihak ilegal.
Menurut Lewerissa, aktivitas tambang ilegal di kawasan Gunung Botak telah menimbulkan korban jiwa dan dampak lingkungan yang serius. Oleh karena itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kementerian Investasi untuk memastikan kawasan tersebut diawasi secara ketat.
Dikatakan negara harus hadir dalam mengatur pengelolaan pertambangan emas di Gunung Botak agar memberikan manfaat bagi masyarakat dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Ia menegaskan, penataan tambang harus mengacu pada Undang-Undang Mineral dan Batubara (Minerba) terbaru, yang memungkinkan koperasi dan organisasi masyarakat mengelola tambang secara legal. Namun, kewenangan perizinan tetap berada di tangan Pemerintah Pusat, sementara pemerintah daerah hanya dapat memberikan rekomendasi.
Selain aspek legalitas, Lewerissa turut menyoroti dampak lingkungan akibat tambang ilegal yang tidak terkendali. Ia mengungkapkan bahwa penggunaan bahan berbahaya seperti merkuri, arsenik, dan sianida telah mencemari ekosistem sekitar.
Menurut mantan Anggota DPR-RI ini kerusakan lingkungan dikawasan tambang gunung botak harus segera dihentikan. Tambang ilegal tidak boleh terus merusak alam dan mengancam keselamatan masyarakat.
Lewerissa berharap koordinasi dengan Pemerintah Pusat dapat menghasilkan solusi terbaik dalam penataan pertambangan di Gunung Botak, sehingga masyarakat memperoleh manfaat tanpa adanya risiko keselamatan dan kerusakan lingkungan.
Sebelumnya, bencana longsor terjadi di kawasan tambang emas ilegal Gunung Botak, Desa Wamsait, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, Maluku, pada Sabtu, 8 Maret 2025.
Dalam insiden ini, tujuh orang dilaporkan meninggal dunia dan enam lainnya mengalami luka-luka. Lima korban meninggal dipulangkan ke Ternate, Maluku Utara, melalui Pelabuhan Namlea.
Diperkirakan sekitar 20 penambang masih tertimbun material longsor. Tim gabungan dari Polres Buru dan SAR Pos Namlea terus melakukan pencarian guna memastikan jumlah pasti korban yang tertimbun di lokasi tambang.DMS