Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa beberapa daerah di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB) telah mengalami kekeringan ekstrem setelah hampir tiga bulan tanpa hujan.
Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyatakan pada Rabu (20/7) bahwa 18 kabupaten/kota dan puluhan kecamatan di ketiga provinsi tersebut mengalami kekeringan akibat curah hujan yang sangat minim.
BMKG menekankan pentingnya langkah mitigasi dan penanggulangan yang melibatkan berbagai pihak, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengurangi dampak kekeringan terhadap masyarakat.
“Kekeringan ekstrem ini berpotensi menyebabkan gagal panen, perubahan periode tanam, berkurangnya ketersediaan air bersih, hingga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan di NTB, NTT, dan Jatim,” jelas Ardhasena.
BMKG mengharapkan upaya mitigasi dan penanggulangan diperkuat terutama di sektor-sektor tersebut hingga setidaknya September, yang diperkirakan menjadi akhir puncak musim kering tahun ini.
“Salah satu potensi gangguan kesehatan yang perlu diperhatikan adalah penyebaran penyakit demam berdarah karena musim kering dapat meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk,” tambahnya.
Tim ahli klimatologi BMKG melaporkan bahwa hingga Sabtu (20/7), lima kabupaten/kota di Provinsi NTT mengalami kekeringan ekstrem sejak akhir Mei 2024.
Di Provinsi NTT, beberapa wilayah yang terdampak meliputi Kota Kupang (Kecamatan Kota Raja, Alak, Maulafa, Kota Lama, Oebobo, Kelapa Lima selama 92 hari tanpa hujan), Kabupaten Belu (Kecamatan Atambua Selatan selama 91 hari), Sumba Timur (Pandawai, Kahaungu Eti selama 89 hari tanpa hujan), Sabu Raijua (Sabu Barat, Hawu Mahera selama 76 hari), dan Kupang (Sulamu selama 64 hari).
Di Provinsi NTB, wilayah terdampak meliputi Lombok Timur (Kecamatan Sambelia selama 88 hari tanpa hujan), Bima (Belo, Palibelo selama 85 hari), dan Dompu (Pajo selama 85 hari).
Sedangkan di Provinsi Jatim, kekeringan melanda 10 kabupaten/kota, antara lain Kota Probolinggo (Kecamatan Kademangan, Leces, Mayangan selama 90 hari), Probolinggo (Gending, Sumber, Sumberasi, Kraksaan, Pajarakan selama 90 hari), Jember (Gumuk Mas selama 87 hari), Kediri (Ngadiluwih, Kras selama 87 hari), Kabupaten Pasuruan (Gondang Wetan, Pohjentrek selama 86 hari), Situbondo (Kapongan, Mangaran selama 86 hari), Banyuwangi (Pesawaran, Bajulmati, Alas Buluh selama 85 hari), Blitar (Kanigoto, Wonodadi, Udanawu, Sanakulon, Serengat selama 85 hari), Mojokerto (Tromilulan selama 85 hari), dan Tulungagung (Kalidawir, Karang Rejo, Rejotangan selama 85 hari).
Musim kering juga mulai melanda 45 persen zona musim Indonesia hingga pertengahan Juli 2024, termasuk sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Selatan. DMS/AC