Yogyakarta – Dalam sebuah acara temu media di Kota Yogyakarta, Jumat malam, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, menguraikan bahwa perbedaan tujuan antara laki-laki dan perempuan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan angka pernikahan.
Menurutnya, tujuan pernikahan dapat diidentifikasi dalam tiga aspek: keamanan (security), prokreasi (menghasilkan keturunan), dan rekreasi. Dia menegaskan bahwa naluri keamanan lebih dominan pada perempuan, yang cenderung merasa tenang jika dicintai sepenuhnya, bahkan tanpa memiliki anak. Sementara laki-laki seringkali merasa gelisah jika belum memiliki keturunan.
Wardoyo juga mencatat bahwa umumnya, tujuan pernikahan di Indonesia masih berkisar pada prokreasi atau menghasilkan keturunan. Namun, ia menyoroti bahwa usia rata-rata perempuan yang menikah telah mengalami peningkatan, dari 20 tahun menjadi 22,3 tahun. Menurutnya, ini bisa meningkatkan risiko stunting pada anak karena semakin tua usia ibu saat melahirkan.
Faktor tekanan dari lingkungan sekitar juga turut memengaruhi keputusan untuk menikah. Masyarakat Indonesia seringkali merasakan tekanan untuk segera memiliki anak setelah menikah.
Wardoyo juga menyoroti data dari Sistem Informasi Manajemen Nikah (Simkah) Kementerian Agama, yang menunjukkan penurunan jumlah pasangan yang menikah pada tahun 2023 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Selain itu, ia juga menekankan peningkatan usia rata-rata saat remaja mulai melakukan hubungan seksual, yang kini cenderung terjadi di usia 15-19 tahun. Ini menunjukkan peningkatan kasus perzinaan dan menimbulkan risiko kesehatan, seperti kanker serviks, terutama jika pernikahan dilakukan dalam usia terlalu muda.
Dengan analisis yang mendalam, Wardoyo menekankan bahwa pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang pernikahan dan seksualitas sangat penting untuk mencegah masalah-masalah ini di masa depan. DMS/AC