Jakarta – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan harga bawang putih tak kunjung turun karena minimnya realisasi impor komoditas tersebut.
Menurutnya, mahalnya bawang putih di dalam negeri bukan karena harga dari negara asal impornya, yakni China, naik.
“Kalau kita terjadi kenaikan harga bawang putih, bukan karena harga tempat sumbernya naik, tetapi karena kita sendiri di dalam negeri, manajemen kita kurang bagus. Yang sudah diberikan izin impor belum melalukan realisasi seusai target,” katanya dalam rapat koordinasi inflasi, Senin (13/5).
Tito mengatakan harga bawang putih di China cenderung stabil di level US$0,89 per kg. Masalah harga ini terletak pada para importir yang sudah diberikan izin impor, tetapi belum melalukan realisasi sesuai target.
“Sudah punya izin impor tetapi tidak bisa merealisasikan, sama saja bohong,” katanya.
Karena itu, ia mengimbau Kementerian Perdagangan maupun Kementerian Pertanian untuk mendorong pelaku usaha merealiasasikan impornya.
“Kalau sudah masuk (bawang putih impor), segera distribusi. Kemudian kalau sudah realisasi, ditahan sampai langka, harga naik, baru dilepas untuk dapat keuntungan, nah ini pidana, pidana penimbunan barang,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi III Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Edy Priyono mengatakan pihaknya akan memanggil importir bawang putih terkait minimnya realisasi impor komoditas tersebut.
“Sebagai salah satu tindaklanjut, minggu ini atas persetujuan Kemendag, kami akan memanggil importir bawang putih ke Kantor Staf Presiden, kita akan bicara bagaimana caranya realisasi impor cepat,” katanya.
Ia mengatakan Badan Pangan Nasional juga tengah menyusun sanksi administratif bagi importir yang tidak kunjung merealisasikan persetujuan impor (PI).
“Kita sudah menyampaikan konsen kita, tidak bisa telah memberikan PI, lalu pengusaha seenaknya sendiri kapan mengatur kapan masuknya bawang putih dan sebagainya,” katanya.DMS/AC