Shanghai – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarinves) Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan inisiatif untuk merintis program “sister hospital” antara rumah sakit di Indonesia dan China. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi dalam pengobatan barat maupun pengobatan tradisional China.
“Kemarin, saya bertemu dengan ‘party secretary’ Partai Komunis China (PKC) Shanghai. Kami membahas mengenai ‘sister hospital’ untuk pengobatan barat dan ‘traditional Chinese medicine’,” kata Luhut di Shanghai, Minggu.
Menko Luhut mengadakan kunjungan kerja ke China sejak Rabu (12/6), mengunjungi kota-kota seperti Beijing, Jilin, dan Shanghai. Selama kunjungannya, ia bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Kepala National Development and Reform Commission (NDRC) China Zheng Shanjie, pejabat dari Tsinghua University, serta sejumlah pengusaha asal Tiongkok.
“Mereka bersedia melatih dokter-dokter kita, misalnya dalam melakukan ablasi. Di sini, mereka bisa melakukan ablasi hingga 100 pasien per bulan,” ungkap Luhut. Ablasi adalah prosedur medis untuk mengatasi gangguan irama jantung.
“Dokter-dokter spesialis Indonesia akan datang ke sini untuk meningkatkan keahlian mereka. Nanti, di Indonesia mereka akan membentuk ‘sister hospital’,” tambahnya.
Luhut juga menyebutkan bahwa kerja sama ini dapat diperluas hingga ke model manajemen rumah sakit. “Kalau Pak Budi (Gunadi Sadikin) lebih revolusioner, kalau perlu manajemennya kita tiru. Saya setuju sekali karena saya melihat rumah sakit di sini memiliki peralatan yang sangat modern dengan teknologi dari ‘United Imaging’ untuk mendiagnosis penyakit,” jelasnya.
United Imaging adalah perusahaan teknologi kesehatan yang khusus dalam MRI dan Kecerdasan Buatan (AI). Teknologi AI membantu dalam interpretasi gambar radiologi dan proses diagnostik. “Teknologi mereka sangat bagus, setara dengan teknologi barat, tetapi lebih murah, bahkan mungkin lebih baik. Saya melihat ini di Zhongshan Hospital Fudan University,” tambah Luhut.
Luhut menegaskan bahwa perkembangan teknologi kedokteran saat ini sangat dipengaruhi oleh AI. “Penggunaan AI semakin meluas karena dapat membaca informasi, mendiagnosa dengan akurat, dan membaca foto MRI dengan lebih tajam. Mereka siap melatih kita,” ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Arianti Anaya, di Beijing pada 7 Juni 2024 menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan telah mendapatkan kuota 80 “fellowship” untuk dokter spesialis bidang kardiologi intervensi dari Indonesia untuk mengikuti program spesialis di universitas di China. DMS/AC