Samosir, Sumut – David Sumual, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, menyatakan bahwa nilai tukar rupiah berpotensi untuk kembali menguat ke level psikologis Rp16.000 per dolar AS. Hal ini mengemuka dalam diskusi di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, pada Minggu.
“Ada peluang untuk peningkatan nilai tukar, mengingat perkembangan yang dinamis saat ini. Dengan meredanya ketegangan, penurunan indeks dolar, dan harga minyak, tidaklah tidak mungkin melihat rupiah kembali ke level di bawah Rp16.000 per dolar AS,” ujar David.
Meskipun demikian, David menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor fundamental ekonomi seperti ekspor dan inflasi dalam analisis tersebut.
“Inflasi pangan yang terus meningkat beberapa bulan terakhir mempengaruhi fundamental rupiah melalui pengaruhnya pada ekspor dan impor,” tambahnya.
David menegaskan bahwa posisi nilai tukar rupiah saat ini masih relatif kompetitif dibandingkan dengan mata uang negara lain terhadap dolar AS.
“Ketika mata uang seperti yen Jepang dan yuan China mengalami pelemahan, mereka membiarkan nilai tukarnya melemah untuk tetap bersaing dalam pasar ekspor. Penting bagi kita untuk memastikan produk-produk kita tetap kompetitif,” ungkap David.
Ia juga menyoroti kebijakan Bank Indonesia yang bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak pergerakan global.
“Dengan kenaikan suku bunga BI, upaya dilakukan untuk menguatkan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah risiko global yang meningkat,” jelasnya.
Dalam konteks peningkatan indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama, David menekankan perlunya upaya untuk menjaga stabilitas rupiah dari dampak apresiasi dolar AS secara luas.
“Dengan berbagai perubahan ini, perlu upaya untuk menjaga daya saing rupiah dalam pasar internasional,” tambahnya.
Meskipun pada perdagangan terakhir, kurs rupiah mengalami penurunan di tengah rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang di bawah ekspektasi, namun David tetap memandang potensi pergerakan nilai tukar rupiah secara lebih luas. DMS/AC