Banda, Maluku Tengah (DMS) – Sejumlah warga dan dua pengusaha lokal asal Kecamatan Banda diduga melakukan penyerobotan lahan di kawasan situs sejarah Benteng Nassau, yang terletak di Pulau Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah.
Kedua pengusaha yang bergerak di bidang perhotelan itu diketahui telah melakukan pembangunan yang masuk ke dalam area Benteng Nassau benteng pertama yang dibangun oleh Belanda di Banda Neira.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XX Maluku, Dody Wiranto, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya penyerobotan lahan di kawasan benteng tersebut.
“Benar, ada penyerobotan lahan milik benteng. Salah satu hotel sudah masuk beberapa meter ke area benteng, sementara bangunan gudang milik Martin Astanto alias Tengky itu bahkan sudah masuk seluruhnya,” ungkap Dody, Rabu (9/10/2025).
Selain dua pengusaha tersebut, kata Dody, terdapat pula beberapa rumah milik warga Banda yang berdiri di kawasan benteng. Ia menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi untuk melakukan relokasi dalam waktu dekat.
Sementara itu, Sekretaris Camat (Sekcam) Banda, Taib Selano, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima pemberitahuan resmi dari BPK Wilayah XX Maluku terkait adanya penyerobotan lahan situs sejarah oleh sejumlah warga dan pengusaha.
“Kami dari pihak kecamatan mendukung langkah BPK. Kami akan memasang spanduk larangan dan membantu proses relokasi warga yang membangun di area Benteng Nassau. Semua bangunan yang sudah masuk ke dalam kawasan benteng juga akan dibongkar,” tegas Selano.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa BPK Wilayah XX Maluku telah memasang papan informasi dan spanduk peringatan di sekitar lokasi, guna mengantisipasi perluasan ataupun pembangunan baru di area situs sejarah tersebut.
Sebagai informasi, Benteng Nassau dibangun oleh Belanda di Banda Neira pada tahun 1607–1609, di atas fondasi bangunan Portugis yang terbengkalai. Pembangunan dilakukan di bawah komando Laksamana Verhoeven (Ferhof) untuk menguasai perdagangan rempah-rempah, khususnya pala. Benteng ini sempat menjadi pusat pemerintahan Belanda dan tempat penyimpanan rempah, serta menjadi saksi bisu peristiwa pembantaian Banda tahun 1621.DMS