Jakarta (DMS) – Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita mencatatkan sejarah sebagai rumah sakit pertama di Indonesia yang melaksanakan operasi jantung dengan menggunakan teknologi robotik.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan di Jakarta, Jumat, bahwa teknologi robotik ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien karena sifatnya yang minimal invasif.
Teknologi ini menggunakan teknik endoskopi yang menghasilkan sayatan jauh lebih kecil dibandingkan dengan prosedur bedah konvensional.
“Dengan teknik ini, pasien akan merasakan kualitas perawatan yang lebih baik. Selain itu, prosedurnya dapat lebih cepat karena tidak perlu membelah dada. Hal ini memungkinkan dokter untuk menangani lebih banyak pasien dalam satu hari,” ujar Budi.
Penyakit jantung saat ini merupakan penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia, setelah stroke, dengan sekitar 250 ribu kematian per tahun akibat penyakit jantung.
Oleh karena itu, Menteri Kesehatan berharap teknologi ini dapat membantu meningkatkan pelayanan kesehatan jantung di Indonesia, yang berjumlah lebih dari 280 juta jiwa, melalui potensi operasi jarak jauh.
Budi juga menyampaikan apresiasinya terhadap pencapaian RSJPD Harapan Kita dan berharap ilmu tentang operasi jantung robotik ini dapat disebarluaskan kepada rumah sakit lainnya di seluruh Indonesia.
Direktur Utama RSJPD Harapan Kita, dr. Iwan Dakota, menyatakan kebanggaannya atas keberhasilan rumah sakitnya melakukan operasi bedah jantung robotik pertama di Indonesia.
Tim medis yang dipimpin oleh dr. Dudy Hanafy, bekerja sama dengan seorang proctor dari India yang berpengalaman dalam bidang operasi robotik dan minimal invasif di Amerika, berhasil melaksanakan prosedur ini dengan sukses.
Prosedur yang dilakukan mencakup berbagai jenis operasi robotik jantung, seperti penggantian katup jantung, perbaikan lubang jantung, serta bypass jantung koroner total (TECAB).
“Operasi bypass jantung robotik pertama di Asia Tenggara ini juga merupakan pencapaian besar. Teknologi ini biasanya hanya tersedia di negara-negara dengan sistem kesehatan maju dan akses teknologi terbaru,” kata dr. Iwan.
Menurut dr. Iwan, beberapa keunggulan metode robotik ini dibandingkan dengan bedah konvensional antara lain penurunan tingkat kesakitan, serta pemulihan yang jauh lebih cepat.
Pasien yang menjalani bedah jantung robotik dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu yang jauh lebih singkat sekitar tiga hari, dibandingkan dengan tiga bulan yang dibutuhkan setelah operasi konvensional.
Dr. Dudy Hanafy, salah satu dokter yang terlibat dalam operasi tersebut, menjelaskan bahwa perbedaan utama antara teknik konvensional dan robotik adalah ukuran sayatan.
Pada teknik konvensional, sayatan mencapai 25-30 cm, sedangkan pada metode robotik hanya dibutuhkan sayatan sekitar 2 cm. Hal ini mengurangi risiko infeksi dan mempercepat proses pemulihan pasien.
“Selain itu, teknologi robotik juga memberikan presisi lebih tinggi dan kontrol yang lebih baik selama operasi, serta meningkatkan visualisasi untuk ahli bedah.
Semua ini berdampak pada penurunan kelelahan ahli bedah, yang pada gilirannya meningkatkan hasil operasi,” jelas dr. Dudy.
Operasi jantung robotik ini diharapkan menjadi langkah awal dalam pengembangan telebedah atau operasi jantung jarak jauh, yang akan memungkinkan pemerataan akses layanan kesehatan ke seluruh penjuru Indonesia, termasuk wilayah-wilayah terpencil.
Dengan teknologi terbaru ini, RSJPD Harapan Kita berharap dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan medis dan mendukung pengembangan sistem kesehatan di Indonesia.