Jakarta (DMS) – Nilai tukar rupiah mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah indeks kepercayaan konsumen AS turun signifikan.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyebut pelemahan indeks kepercayaan konsumen AS dari 100,1 pada bulan lalu menjadi 92,9, lebih rendah dari ekspektasi 94, menjadi faktor utama penguatan rupiah.
“Rupiah diperkirakan akan terus menguat terhadap dolar AS yang mengalami koreksi setelah data menunjukkan indeks kepercayaan konsumen AS turun ke tingkat terendah dalam 12 tahun,” ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Selain itu, ketidakpastian kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump juga membatasi pergerakan dolar AS.
Rencana penerapan tarif tersebut dijadwalkan berlaku pada 2 April 2025, meskipun ada kemungkinan revisi atau penundaan.
Pasar global masih skeptis mengenai seberapa besar komitmen Trump terhadap kebijakan tarif ini, mengingat perubahan langkah-langkah terhadap Kanada dan Meksiko yang telah terjadi sebelumnya.
Di sisi lain, Tiongkok dan Uni Eropa telah mempersiapkan respons atas kebijakan tarif tersebut, yang berpotensi meningkatkan tensi perdagangan global.
Pada perdagangan Rabu pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah dibuka menguat sebesar 8 poin atau 0,05 persen ke level Rp16.604 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.612 per dolar AS.
Sementara pada penutupan perdagangan Selasa, rupiah berada di level Rp16.612 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.568 per dolar AS.
Lukman menambahkan bahwa selain faktor eksternal, tekanan terhadap mata uang negara berkembang juga dipicu oleh berbagai faktor domestik, seperti defisit anggaran, penurunan peringkat oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs, serta kontroversi terkait Undang-Undang Tentara Negara Indonesia (UU TNI) dan kebijakan ekonomi pemerintah.
Dengan kondisi pasar yang masih penuh ketidakpastian, investor diharapkan tetap waspada terhadap perkembangan global dan domestik yang dapat memengaruhi pergerakan rupiah ke depan.DMS/AC