Berita Internasional, Colombo – Sri Lanka sedang berusaha untuk mengurangi hutang keseluruhannya sebesar $17 miliar (sekitar Rp252 triliun) melalui restrukturisasi, Hal ini disampaikan Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe kepada parlemen pada Rabu (26/4/2023) ketika ia mencari dukungan dari partai-partai oposisi untuk program Dana Moneter Internasional (IMF) senilai hampir $3 miliar (sekitar Rp44 triliun).
Presiden Ranil Wickremesinghe juga mengatakan bahwa negaranya akan membahas restrukturisasi hutang dengan India dan Paris Club of Creditors dalam satu platform dan dengan Cina secara terpisah.
Terjebak dalam krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1948, negara kepulauan yang berpenduduk 22 juta orang ini mendapatkan pinjaman IMF bulan lalu.
Sri Lanka berhutang $7,1 miliar (Rp105 triliun) kepada para kreditor bilateral, menurut data resmi pemerintah, dengan $3 miliar (Rp44 triliun) berhutang kepada RRT, $2,4 miliar (Rp35 triliun) kepada Paris Club, dan $1,6 miliar (Rp23 triliun) kepada India.
Wickremesinghe mengatakan belum ada keputusan akhir yang diambil mengenai restrukturisasi hutang dalam negeri.
Sri Lanka perlu mempercepat pertumbuhan menjadi 6% atau lebih tinggi pada tahun 2028 atau 2029 untuk membayar hutang dan berkembang, tambahnya. (Reuters-DMS)