Jakarta – Suasana politik antara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kembali memanas setelah pertemuan antara Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Pertemuan tersebut berlangsung di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin (7/4) malam. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, menyebut pertemuan itu bersifat silaturahmi dalam rangka Idul Fitri.
“Pertemuan itu berlangsung cukup lama, penuh keakraban dan hangat. Hubungan antara Pak Prabowo dan Bu Mega memang baik dan bersahabat,” ujar Dasco di kompleks DPR/MPR, Senayan, Selasa (8/4).
PSI Dorong Megawati Bertemu Jokowi dan SBY
Menanggapi pertemuan tersebut, Wakil Ketua Umum PSI Andy Budiman menyambut positif dan mendorong agar Megawati melanjutkan silaturahmi dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Pertemuan para tokoh bangsa selalu bermanfaat. Kita butuh kebersamaan untuk mengatasi tantangan bangsa,” kata Andy, Rabu (9/4).
Ia menilai pertemuan dengan Jokowi dan SBY akan membawa suasana politik yang lebih kondusif.
“Jika itu terjadi, suasana akan makin baik. Rakyat butuh keteladanan dari para pemimpin bangsa,” tambahnya.
PDIP Balas Sindiran: PSI Dinilai Tak Konsisten
Pernyataan PSI mendapat respons keras dari PDIP. Guntur Romli, politikus PDIP yang juga mantan kader PSI, menyebut PSI tidak konsisten. Ia mempertanyakan motif PSI yang mendorong pertemuan Megawati dengan Jokowi dan SBY, sementara ada kader PSI seperti Ade Armando yang kerap mengkritik Megawati secara terbuka.
“Apa motif PSI tiba-tiba mendorong pertemuan Bu Mega dengan Pak SBY dan Pak Jokowi, sementara kader mereka sendiri sering menyerang Bu Mega?” ujar Guntur.
Guntur menegaskan Megawati tidak pernah menutup diri terhadap kunjungan siapapun. Ia mencontohkan bagaimana Prabowo dan juga putra-putra SBY, seperti AHY dan Ibas, sering berkunjung ke Megawati, terutama saat momen Lebaran.
“Pak Prabowo datang sebagai sahabat, sesuai tradisi timur. AHY dan Ibas juga kerap datang, dan semua diterima baik,” jelasnya.
Namun, Guntur menyoroti ketidakhadiran Jokowi yang kini tak pernah lagi mengunjungi Megawati.
“Kalau dulu sering berkunjung, sekarang tidak. Ibaratnya, habis manis sepah dibuang. Tidak seperti Pak Prabowo yang tetap hangat meski berbeda pilihan politik,” sindir Guntur.
Ia pun mengingatkan PSI agar tidak memaksakan narasi rekonsiliasi yang tidak sejalan dengan sikap mereka sendiri.
“Kami tidak berharap dikunjungi Jokowi, hanya jangan mengada-ada mendorong pertemuan, sementara di sisi lain PSI sendiri kerap menyerang dan menyudutkan,” tegasnya.DMS/DC