Watui, SBB (DMS) – Warga di lima desa pedalaman Pulau Seram, Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Provinsi Maluku, masih menghadapi keterbatasan infrastruktur dasar.
Hingga kini, desa Someith, Ahiolo, Pasinaru, Watui, dan Huku belum memiliki akses jalan yang memadai, menyebabkan berbagai kesulitan, termasuk dalam pelayanan kesehatan.
Kondisi ini kembali mencuat setelah peristiwa yang dialami Mei Rumahsoal, seorang ibu hamil asal Desa Watui. Dalam kondisi kandungan yang sudah mendekati waktu persalinan, ia terpaksa dibawa oleh belasan warga menuju puskesmas terdekat yang berjarak puluhan kilometer.
Tanpa kendaraan, warga menggunakan tandu darurat dari kain sarung yang diikat pada bambu untuk membopongnya melewati jalan berlumpur, bukit terjal, serta menyeberangi sungai.
Demi mempercepat perjalanan, mereka bahkan harus menaikkan Mei ke atas rakit bambu sebelum akhirnya mencapai jalan utama.
Dari sana, ia baru bisa diangkut menggunakan kendaraan menuju Puskesmas Teluk Elpaputih. Saat ini, ibu dan bayinya masih menjalani perawatan di puskesmas tersebut.
Keterisolasian yang Belum Terpecahkan
Kepala Desa Watui, Yacobis Lesiela, mengungkapkan situasi ini bukan pertama kali terjadi. Ia menegaskan bahwa akses jalan yang layak sangat dibutuhkan warga, tidak hanya untuk keperluan kesehatan tetapi juga untuk meningkatkan perekonomian desa.
Warga di lima desa Someith, Ahiolo, Pasinaru, Watui, dan Huku sudah terbiasa dengan kondisi tanpa akses jalan yang layak. Ketika ada warga yang sakit atau hendak melahirkan, mereka tidak memiliki pilihan lain selain menandu pasien yang membutuhkan pertolongan .
Mereka hanya bisa berharap ada cukup orang untuk bergantian menggotong pasien melewati jalur berbahaya. Perjalanan menuju puskesmas memakan waktu berjam-jam dan penuh risiko, terutama saat musim hujan yang membuat jalur semakin sulit dilewati.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat, Gariman Kurniawan, mengakui bahwa akses jalan menjadi kendala utama dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi warga di daerah pegunungan.
Kendati demikian, pihaknya berupaya optimal untuk memastikan pelayanan kesehatan tetap dapat dijangkau oleh warga. Ia juga berharap melalui Musyawarah Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum dapat memprioritaskan pembangunan jalan menuju wilayah pegunungan agar keterisolasian warga dapat segera teratasi.
Meskipun Indonesia telah merdeka selama 79 tahun, bagi warga di desa-desa ini, kemerdekaan masih sebatas harapan. Selain kesulitan akses kesehatan, mereka juga menghadapi keterbatasan dalam pendidikan, penerangan, komunikasi, dan perekonomian. Jarak 40 kilometer dari Jalan Lintas Seram–Trans Utama membuat desa-desa ini semakin terisolasi.
Untuk menuju desa Watui, satu dari empat desa di pegunungan Kecamatan Teluk Elpaputih, perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki selama 10-12 jam. Warga yang ingin menjual hasil bumi ke kota juga harus memikul dagangan mereka sejauh puluhan kilometer hingga mencapai jalan raya.
Beberapa sungai besar seperti Tala dan Nui menjadi tantangan tersendiri, terutama saat musim penghujan, di mana warga harus bertaruh nyawa menyeberang dengan rakit atau seutas tali.
Yacobis mewakili masyarakat lima desa ini hanya bisa berharap agar pembangunan segera menyentuh wilayah. Pemerintah segera turun tangan membuka keterisolasian ini agar mereka bisa menikmati fasilitas yang layak seperti warga lainnya di berbagai pelosok Indonesia. (DMS)