Jakarta (DMS) – Kehamilan ektopik perlu diwaspadai sebagai kondisi medis darurat yang dapat mengancam keselamatan ibu jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. Kehamilan ini terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel di luar rahim, paling sering di tuba falopi.
“Kehamilan ektopik dianggap sebagai keadaan darurat medis. Jika tidak terdeteksi atau diobati, kondisi ini dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi, pendarahan internal, syok, dan bahkan kematian,” kata Dr. Lepakshi Dasari, konsultan ginekolog dan ahli bedah laparoskopi di RS Yashoda, Hyderabad, seperti dikutip dari Hindustan Times, Selasa.
Menurut Dr. Dasari, kehamilan ektopik hanya terjadi pada 1–2 persen dari seluruh kehamilan, namun tetap berisiko tinggi. Selain tuba falopi, sel telur juga dapat menempel di leher rahim (serviks) atau rongga perut, lokasi yang tidak mendukung pertumbuhan janin.
Gejala awal kehamilan ektopik meliputi nyeri tajam di perut bagian bawah, panggul, bahu, atau leher, disertai pendarahan vagina, nyeri saat buang air kecil atau besar, pusing, lemas, hingga pingsan akibat pendarahan dalam. Jika tuba falopi pecah, kondisi ini memerlukan tindakan medis darurat.
Penyebab kehamilan ektopik di antaranya adalah penyakit radang panggul, jaringan parut akibat operasi atau infeksi sebelumnya, serta kelainan bawaan pada organ reproduksi.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan ektopik termasuk usia ibu di atas 35 tahun, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, merokok, prosedur kesuburan, serta penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore.
Meski tidak sepenuhnya dapat dicegah, risiko kehamilan ektopik dapat dikurangi melalui pemeriksaan ginekologis rutin, menghentikan kebiasaan merokok, praktik seks yang aman untuk mencegah infeksi menular seksual, serta pengobatan dini terhadap infeksi yang terdeteksi.DMS/AC