Jakarta – Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah, mengungkapkan pandangannya tentang dinamika politik yang terus berkembang, menimbulkan potensi kejutan hingga 19 Oktober 2023, saat pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden akan dibuka.
Kejutan-kejutan ini berpotensi mengubah arah politik nasional terkait tiga kandidat presiden utama saat ini, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, dengan kemungkinan munculnya kandidat tambahan serta figur-figur baru dalam pertarungan politik.
“Saat ini, kita melihat dengan adanya tiga calon presiden, ini sebenarnya menciptakan kelompok-kelompok yang lebih rasional dalam politik. Tidak seperti masa lalu, di mana kita sering melihat pertarungan antara ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Tetapi, situasi politik tetap dinamis dan kita masih mungkin melihat kejutan-kejutan baru,” kata Fahri dalam pernyataannya di Jakarta pada hari Kamis.
Fahri Hamzah juga mengimbau masyarakat untuk memahami dan mengelola situasi politik saat ini dengan bijak, sehingga terhindar dari konflik yang pernah terjadi di masa pemilihan presiden sebelumnya. Ia menekankan bahwa sikap yang irasional dapat menghambat diskusi mengenai isu-isu yang penting bagi masa depan negara, karena seringkali lebih memperhatikan sentimen emosional yang sebenarnya bisa didiskusikan dengan lebih rasional.
“Apapun hasilnya nanti, kita harus belajar untuk lebih moderat dan proporsional dalam berpolitik. Dengan demikian, pemilu legislatif dan pemilihan presiden yang akan berlangsung pada hari yang sama diharapkan dapat berjalan dengan baik dan aman tanpa menghadapi risiko perpecahan di masyarakat,” ungkapnya.
Menurut mantan Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 ini, semua pihak harus memprioritaskan kepentingan nasional agar pemilihan umum tetap berlangsung damai dan tanpa gangguan yang berpotensi memecahbelah masyarakat.
Fahri Hamzah juga menjelaskan alasan partainya mendukung Prabowo Subianto dengan alasan menjaga kelanjutan agenda nasional yang sudah dimulai. Ia menegaskan bahwa proyek-proyek pembangunan seperti Infrastruktur Kunci Nasional (IKN) dan proyek kereta cepat harus dilanjutkan, mengingat biaya yang telah diinvestasikan sudah sangat besar.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda, mengemukakan bahwa rekonsiliasi dan warisan politik telah menjadi ciri khas Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024, yang membuat elektabilitasnya relatif stabil dan tinggi jika dibandingkan dengan Ganjar dan Anies Baswedan.
“Posisi Pak Prabowo saat ini relatif stabil karena faktor rekonsiliasi dan warisan politik. Pak Prabowo dianggap sebagai pemersatu dan meneruskan warisan pemerintahan Pak Jokowi. Oleh karena itu, rekonsiliasi dan warisan politik telah menjadi brand Pak Prabowo,” kata Hanta Yuda.
Karena alasan ini, jika Pilpres 2024 melibatkan tiga pasangan calon, maka Prabowo dan Ganjar Pranowo diperkirakan akan lolos ke putaran kedua, sementara Anies Baswedan tampaknya memiliki peluang yang lebih kecil untuk memenangkan pemilihan tersebut.
Hanta Yuda juga mencatat bahwa Presiden Jokowi terlihat mendukung secara tidak langsung dua kandidat, yaitu Ganjar dan Prabowo. Hal ini dapat menguntungkan Prabowo karena menunjukkan bahwa Jokowi tidak sepenuhnya mendukung Ganjar, yang merupakan kandidat dari partai PDIP, yang notabene menjadi partai Jokowi.
Sementara itu, PDIP sendiri tampaknya tidak ingin berkomitmen sepenuhnya terhadap sikap Kaesang, yang saat ini memimpin Partai Solidaritas Indonesia (PSI), karena partai tersebut ingin menjaga citra dekat dengan Presiden Jokowi. Dengan tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi yang tinggi, pencapaiannya dalam dua pemilihan presiden, relawannya yang solid, kekuatan mesin politik yang masih kuat, serta kendali terhadap jaringan pemilu, PDIP masih memiliki posisi yang kuat dalam politik nasional.
Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia, Dedek Prayudi, menambahkan bahwa alasan bergabungnya Kaesang Pangarep dengan PSI adalah karena mereka memiliki visi yang serupa mengenai peran anak muda dalam politik. Mereka berpendapat bahwa anak muda seharusnya tidak hanya menjadi objek politik, tetapi juga memiliki peran aktif dalam perubahan politik.
Meskipun demikian, hingga saat ini, PSI belum menentukan dukungannya terhadap kandidat presiden tertentu, meskipun sering hadir dalam deklarasi dukungan dari Koalisi Indonesia Maju untuk Prabowo. DMS