Berita Ekonomi, Jakarta – Dirjen Industri Kecil dan Menengah Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Reni Yanita mengatakan, sampai saat ini pihaknya sudah melatih 22.515 Industri Kecil Menengah (IKM). Pelatihan ini dilakukan sejak 2017 lalu.
Pelatihan yang masuk dalam program e-smart IKM ini, bertujuan supaya pelaku IKM menguasai bisnis secara digital. Yakni mulai dari pemasaran sampai pembukuan secara digital, apalagi di tengah Pandemi COVID-19, IKM harus bangkit.
“Kami sudah melaksanakan e-smart IKM dari 2017 kami kenalkan digitalisai mulai pemasaran dan pembukuan. Saat ini IKM yang sudah masuk ke digital sudah 22,515 IKM dan yang sudah on boarding (ke platform digital, red) 14 ribu IKM,” kata Reni dalam diskusi FMB9 bertajuk ‘BBI, Jurus Kunci Bangkitkan Gairah IKM’, Jakarta, Senin (20/6/2022).
Reni menyatakan, program E-smart yang dikembangkan Dirjen IKM ini bertujuan untuk mempermudah Kemenperin mengumpulkan dan mengelola data IKM yang ada di Indonesia.
“IKM yang sudah tumbuh di e-smart disitu database kami untuk melakukan pembinaan, meningkatkan fasilitas,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan kapasitas bisnis IKM, dengan cara melakukan pendampingan secara intensif pada IKM. Hal ini supaya IKM punya daya saing.
“Kami melakukan pembinaan IKM apa yang dihasilkan sesuai apa yang dibutuhkan, baik itu dari anggaran pemerintah pusat, daerah, dan BUMN,” katanya.
Kemenperin akan memaksimalkan pembinaan termasuk pembinaan yang tengah dilakukan kepada IKM terpilih asal Lampung dalam rangka Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) tahun 2022.
“Tugas kami bagaimana melakukan pendampingan pada IKM itu sendiri, bagaimana menghasilkan produk yang punya daya saing, kemudian secara kualitas terjaga dan kuantitas memenuhi kebutuhan, dan yang tidak kalah penting kontinuitas terjaga, ini yang kami jadi disitu,” kata Reni.
Setalah melalui pelatihan ini, diharapkan IKM meningkatkan kualitas produk, dan pemasaran secara digital. Sebab, dengan begitu produk yang dihasilkan IKM akan dikenal semakin luas.
“Karena e-smart IKM, ini salah satunya pemberdayaan IKM, bagaimana IKM dan teknologi, bisa menyajikan produknya secara digital,” kata Reni.
Sementara itu, pemilik IKM Rafins Snack, Ravie Cahya Ansor mengatakan, program ini sangat membantu para IKM yang ada. Dengan program ini ada percepatan IKM naik kelas.
Dia mencontohkan, untuk membuat foto produk yang akan diunggah ke media sosial memerlukan waktu dan modal. Menurut dia, modal untuk membayar fotografer cukup mahal.
“Nah di BBI difasilitasi, setelah foto produknya iklan, menggunakan video, ternyata di BBI juga difasilitasi,” ujar dia.
Ravie mengakui, dengan adanya bantuan ini penjualan produknya mengalami peningkatan. “Memang enggak langsung naik signifikan, tapi ada kenaikan 20 persen,” ujar dia. DMS