Jakarta (DMS) – Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko, menyatakan dukungan terhadap langkah Gubernur Jawa Barat dalam menindak tegas aksi premanisme yang mengganggu investasi, termasuk dalam pembangunan fasilitas manufaktur BYD di Subang, Jawa Barat.
“Saya mendukung apa yang dilakukan Gubernur Jawa Barat. Tumpas saja itu,” ujar Moeldoko di Jakarta, Selasa (22/4).
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu menyayangkan terjadinya aksi premanisme yang dinilainya dapat menghambat investasi dan penciptaan lapangan kerja, khususnya di sektor industri kendaraan listrik.
Menurut Moeldoko, masyarakat seharusnya mendukung iklim investasi yang sehat karena kehadiran investor berpotensi membuka banyak peluang kerja.
“Di tengah situasi iklim usaha yang memerlukan perhatian, masyarakat Indonesia harus menciptakan lingkungan investasi yang kondusif. Jangan sampai ketika peluang kerja datang, justru diganggu oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab,” tegasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno juga mengungkap adanya gangguan dari organisasi masyarakat (ormas) berbentuk premanisme terhadap pembangunan pabrik BYD. Informasi tersebut ia peroleh saat kunjungan ke Shenzhen, China.
“Sempat ada permasalahan terkait premanisme ormas yang mengganggu pembangunan sarana produksi BYD. Pemerintah perlu bertindak tegas agar investor merasa aman berinvestasi di Indonesia,” ujar Eddy dalam unggahan video di akun Instagram-nya, Rabu (23/4).
Investasi BYD di Subang Smartpolitan kawasan industri dan komersial terpadu—diperkirakan mencapai Rp11,7 triliun. Fasilitas manufaktur kendaraan listrik ini disebut-sebut akan menjadi yang terbesar di ASEAN.
Pabrik tersebut dirancang untuk menciptakan ribuan lapangan kerja baru dan mendukung alih teknologi serta pengembangan keahlian di sektor kendaraan listrik. BYD juga berencana membangun ekosistem kendaraan listrik terpadu, termasuk pusat riset, pengembangan, dan pelatihan.
Saat ini, lahan pabrik seluas 108 hektare telah dikembangkan menjadi 126 hektare. Produksi awal ditargetkan mencapai 150.000 unit per tahun, dengan rencana pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium pada awal 2026.
Penambahan kapasitas ini diproyeksikan dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja dari 8.700 orang menjadi sekitar 18.814 orang.DMS/AC