Ambon (DMS) – Dalam rangka meningkatkan Budaya Pela-Gandong dikalangan dunia pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen Reboboth bersama SMA Al-Hilal Ambon mencestukan Deklarasi Sekolah Gandong, berlangsung di SMA Kristen Rehobot, Kamis (29/08)
Deklarasi Sekolah Gandong diikuti implementasi literasi keagamaan lintas budaya melalui proyek peguatan profil pelajar pancasila (5) bhineka tunggal ika.
Kepala SMA Kristen Rehoboth, Salomina Patty mengatakan deklarasi Sekolah Gandong bertujuan untuk mengembalikan konsep hidup orang basudara sesungguhnya yang selama ini mulai memudar seiring laju transformasi digital.
Dikatakan, semboyan potong di kuku rasa di daging, Ale Rasa Beta Rasa, adalah konten lokal yang mesti dikemas dalam tradisi harmonisasi orang basudara di Maluku.
“Dan untuk menghidpkan kembali tradisi budaya gandong tersebut lingkungan pendidikan adalah ruang tepat dan bebas, sehingga tidak boleh disekat dengan prasa apapun”kata Patty.
Menurutnya Pela dan Gandong telah menjadi pranata sosial yang berkembang sebagai suatu perekat hubungan sosial di antara satu negeri dan negeri lain baik yang beragama Islam maupun negeri yang beragama Kristen.
“Oleh karena itu Pela dan Gandong sangat berfungsi dalam mengatur sistem interaksi sosial masyarakat adat yang melampaui berbagai bidang, harus dicerminkan dan dimulai dari lingkungan pendidikan”ungkapnya.
Kepala SMA Al Hilal Jaleha Sangadji, mendefinisikan gandong sebagai model perekat sistem persaudaraan atau persekutuan yang dikembangkan antar seluruh penduduk asli dari dua negeri Bergama Kristen dan Islam.
Menurutnya ikatan sistem tersebut telah ditetapkan oleh leluhur dalam keadaan khusus dengan hak-hak dan kewajiban tertentu yang disetujui bersama.
“Perjanjian sistem sosial yang terjadi tanpa mempertimbangkan aspek hendaknya tidak terbatas pada lingkungan pendidikan tetapi kedepanya terus digelorakan dalam semangat pertukaran pelajar maupun tenaga pengajar”kata Sangaji.
Koordintaor Digital Media Yans Penina Daphne dalam sambutannya mewakili Direktur Literasi Antar Agama Pembinaan Institut Leimena menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) sekaligus Deklrasi Sekolah gandong antara SMA Kristen Rehobot dan SMA Al-Hilal Ambon.
Dikatakan LKLB adalah sebuah pendekatan berpikir, bersikap, dan bertindak untuk dapat bekerja sama dengan orang yang berbeda agama dan kepercayaan (kompetensi kolaboratif), berlandaskan pada pemahaman akan kerangka moral, spiritual, dan kompetensi pribadi maupun kompetensi komparatif .
Diakui kesadaran dan kebaikan bersama bukan ketika keragaman agama dan kepercayaan ditolak atau bahkan dilebur menjadi keseragaman, tetapi justru ketika keragaman tersebut diteguhkan dan dikelola bersama oleh para penganutnya yang berbeda melalui proses evaluasi, komunikasi, dan negosiasi untuk menanggapi berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi, baik dalam konteks lokal maupun global.
“Institut Sitanala berharap melalui sekolah gandong para siswa menjadi generasi penerus yang hidup dalam ikatan persatuan dan saling mengangkat”imbuhnya.
Yans menambahkan menyampaikan penghargaan dan apresiasi atas terselenggaranya Implementasi Literasi Keagamaan Lintas Budaya lewat Deklarasi Sekolah Gandong dan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)“Bhinneka Tunggal Ika.DMS