Jakarta (DMS) – Belakangan ini, media sosial di Indonesia, khususnya X (sebelumnya Twitter), ramai dengan tagar #KaburAjaDulu. Tren ini mencerminkan perbincangan warganet yang membahas keinginan pindah ke luar negeri, baik untuk pendidikan, pekerjaan, maupun alasan lainnya.
Tagar tersebut muncul di tengah berbagai keluhan masyarakat terhadap kondisi di dalam negeri. Banyak yang menganggap tren ini sebagai indikasi meningkatnya keinginan sebagian masyarakat untuk mencari kesejahteraan yang lebih baik di luar negeri.
Salah satu faktor yang kerap menjadi pertimbangan utama dalam rencana pindah ke luar negeri adalah biaya hidup yang lebih murah.
Meskipun Indonesia termasuk negara dengan biaya hidup rendah, masih ada sejumlah negara yang memiliki biaya hidup lebih murah dibandingkan Indonesia.
Menurut data dari situs Numbeo Cost of Living 2024, berikut adalah daftar 10 negara dengan biaya hidup termurah di dunia berdasarkan pengeluaran bulanan individu, tidak termasuk biaya sewa tempat tinggal:
Nigeria – US$355 (sekitar Rp5,8 juta per bulan)
Pakistan – US$357 (sekitar Rp5,85 juta per bulan)
Bangladesh – US$368,4 (sekitar Rp6 juta per bulan)
Suriah – US$375,3 (sekitar Rp6,15 juta per bulan)
Libya – US$375,3 (sekitar Rp6,15 juta per bulan)
Nepal – US$392 (sekitar Rp6,4 juta per bulan)
Afghanistan – US$410,7 (sekitar Rp6,73 juta per bulan)
Madagaskar – US$416 (sekitar Rp6,8 juta per bulan)
Tanzania – US$441 (sekitar Rp7,2 juta per bulan)
India – US$451,6 (sekitar Rp7,4 juta per bulan)
Namun, meskipun biaya hidup di negara-negara tersebut relatif murah, ada faktor lain yang harus diperhatikan, seperti tingkat keamanan, stabilitas ekonomi, dan ketersediaan fasilitas publik.
Biaya hidup rendah tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas hidup yang lebih baik.
Apakah tren #KaburAjaDulu akan terus berkembang, atau hanya sekadar perbincangan sesaat di media sosial? Waktu yang akan menjawab. (DMS/CC)