Jakarta – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dengan tegas mengingatkan masyarakat akan pentingnya kewaspadaan terhadap ancaman “love scamming” yang marak terjadi di dunia maya.
“Kami mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah mempercayai individu yang tidak dikenal di lingkungan maya guna melindungi diri dari tindak kejahatan love scamming,” tegas Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan dari Kementerian PPPA, Eni Widiyanti, dalam sebuah sesi berbicara dengan media yang bertajuk “Cegah Perempuan Terjerat Love Scamming” di Jakarta pada hari Jumat.
Selain itu, pihaknya juga mengingatkan betapa pentingnya untuk memverifikasi identitas teman-teman daring sebelum terlalu percaya. “Kita perlu memastikan kebenaran identitas mereka,” tambah Eni Widiyanti.
Dalam hal ini, ia menyarankan untuk tidak pernah mengungkapkan informasi pribadi di platform media sosial, seperti nomor telepon atau alamat rumah. “Jangan sekali-kali mencantumkan data pribadi yang sensitif,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Eni Widiyanti menekankan pentingnya mewaspadai jika seseorang meminta password dan username dari akun yang kita miliki. “Kita harus sadar bahwa akun-akun kita sering saling terhubung, sehingga ketika orang jahat berhasil masuk ke salah satu akun kita, mereka bisa mengakses semuanya. Kita tidak boleh lengah dan terlalu percaya untuk berbagi username dan password,” tegasnya.
Eni Widiyanti juga menambahkan bahwa pentingnya mempercayai insting pribadi. “Insting adalah kunci. Apalagi jika insting kita memberi sinyal bahwa tawaran yang diberikan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Tidak masuk akal jika ada seseorang yang secara tiba-tiba, dengan segala kekayaan dan kegantengan, menyatakan niat untuk melamar. Terlebih lagi, jika janji-janji yang dia berikan terlalu manis untuk dipercayai,” jelasnya.
Eni Widiyanti juga menyoroti tingkat literasi digital yang masih rendah di kalangan perempuan, yang membuat mereka lebih rentan terjebak dalam modus penipuan “love scamming.” “Tingkat literasi digital harus ditingkatkan bersama dengan pemahaman akan risiko-risiko yang terkait dengan dunia digital,” tambahnya.
Love scamming adalah bentuk penipuan berkedok asmara yang terjadi secara daring atau online. Pelaku love scamming biasanya memikat korban dengan kata-kata penuh cinta atau janji pernikahan, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi berupa uang. Setelah mencapai tujuannya, pelaku seringkali menghilang atau sulit dihubungi oleh korban. DMS