Ambon, Maluku (DMS) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon menggelar upacara peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2025 yang dipusatkan di SD Negeri 1 Ambon, Sabtu (26/4/2025).
Upacara dipimpin oleh Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena, dan dihadiri perwakilan TNI/Polri, instansi terkait, serta para siswa dan guru SDN 1 Ambon.
Kegiatan diawali dengan simulasi penanganan gempa bumi, yang bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan para siswa dan guru dalam menghadapi potensi gempa, termasuk ancaman gempa megathrust.
Dalam simulasi tersebut, para peserta diarahkan untuk segera meninggalkan ruangan menuju area terbuka, melindungi kepala dengan benda terdekat, serta menjaga ketenangan saat situasi darurat.
Pelatihan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kapasitas siswa dalam melakukan mitigasi bencana.
Plt Kepala BPBD Kota Ambon, Frits Tatipikalawan, menjelaskan bahwa Kota Ambon tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, mengingat lokasinya berdekatan dengan pusat aktivitas seismik seperti Sesar Kairatu dan jalur patahan lempeng bumi.
Melalui simulasi ini, BPBD ingin membentuk kesadaran sejak dini kepada siswa tentang pentingnya kesiapsiagaan dan langkah-langkah evakuasi saat bencana terjadi.
Sementara itu menurut data BPBD menunjukkan, jenis bencana dengan jumlah kejadian tertinggi di Kota Ambon adalah tanah longsor, dengan 308 kasus. Kondisi ini dipicu oleh alih fungsi lahan di kawasan perbukitan menjadi permukiman tanpa memperhatikan risiko bencana.
Dalam kesempatan tersebut, BPBD Kota Ambon juga memperkenalkan bantuan alat simulasi evakuasi mandiri dari Bank Dunia, berupa sembilan perangkat Virtual Reality (VR), sembilan perangkat Augmented Reality (AR), serta kamera 360 derajat. Perangkat ini langsung diuji coba oleh Wali Kota Bodewin Wattimena.
Wattimena mengapresiasi inovasi tersebut. Menurutnya, penggunaan teknologi berbasis VR dan AR dapat membuat edukasi kebencanaan lebih menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak.
Diharapakan melalui pendidikan kebencanaan sejak usia dini, siswa diharapkan mampu berpikir dan bertindak cepat serta tepat saat menghadapi bencana.
Selain mengenalkan teknologi simulasi, kegiatan ini juga mengajarkan teknik sederhana penyelamatan diri saat gempa, seperti berlindung di bawah meja.
Diharapkan, melalui simulasi rutin ini, literasi kebencanaan siswa semakin meningkat sehingga mereka dapat menjadi agen pengurangan risiko bencana di lingkungan sekolah masing-masing.DMS